PENGARUH INTERNAL UPK
BKM TERHADAP STRATEGI PINJAMAN BERGULIR
(KREDIT) PADA PROGRAM NASIONLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN KABUPATEN BEKASI
Asep1) Musa Hubeis 2)
1) Program
Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas “BSI Bandung”
Jl. Sekolah Internasional No. 1-6 Antapani, Bandung
http://www.bsi.ac.id
asep919@gmail.com
2) Program
Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas “BSI Bandung”
Jl. Sekolah Internasional No. 1-6 Antapani, Bandung
http://www.bsi.ac.id
musa.hubies@bsi.ac.id
ABSTRAK
Economic program/credit from the
govemment often ends with a jam, because influenced by several factors such as
credit strategies and what factors affecting the economic strategy/credit, for
the study was conducted involving 100 respondents came from UPK/BKM and the
respondents spred over 39 Vilage in the seven (7) districts with probability
sampling techniques, the data collected from
questionnaires were analiyzed through descriptive techniques Statistical
Package ffor Social Science 17.
The results of hypothesis testing shows
that the internal conditions of UPK/BKM does not affect the crediting strateg.Based
on the results of hypothesis testing, there are several managerial implication
that can be done through the establishment of credit giving strategy to
suppers/reduce the debtor’s account the environmental conditions in the credit strategy.
Key Word:
Condition
of Internal UPK BKM, Condition of Debtor UPK BKM, Condition of Environmental
UPK BKM, Startegy
1.
PENDAHULUAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) merupakan Kebijakan Pemerintah dalam melaksanakan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri, dengan
mensinergikan berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan dengan melibatkan masyarakat
secara langsung diharapkan dapat menjadi program unggulan dalam kerangka
membangun wilayah setempat, masyarakat diharuskan memiliki perencanaan untuk
penanggulangan kemiskinan.
UU No
25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi
masyarakat. Aspirasi dan kepentingan masyarakat
ini dirumuskan melalui proses perencanaan
partisipatif yang secara legal menjamin
kedaulatan rakyat dalam berbagai program/proyek
pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang
terpadukan dengan perencanaan teknokratis dan
politis menjadi wujud nyata kerjasama pembangunan antara
masyarakat dan pemerintah, dalam konteks peningkatan kinerja
Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat.
Pembangunan merupakan
konsef normatif yang menunjukan berbagai strategi dan pilihan untuk mencapai
apa yang disebut dengan potensi manusia, pembangunan dalam Economic Development in The Third World, Todaro dalam Safi’I
(2009:1) mengatakan : Development is
multi dimensional process involving the reorganizations and reorientation of
entire economic and social system. In addition to improvement of income and
output it typically involves, radical, changes in institusional, social and
administrative structures as well as in popular attitudes and, in many
cases,even sutoms and belief. Kartasasmita (1996) mengatakan pembangunan
adalah usaha meningkatkan harkat martabat
masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.
Membangun masyarakat
merupakan usaha memampukan kemandirian mereka, perubahan yang diharapkan dari
pembangunan masyarakat adalah kehidupan masyarakat yang lebih baik, yang dilakukan sendiri. Masyarakat digerakkan dan
didorong agar mampu mengenali dan menggali potensi dirinya. Dengan demikian
masyarakat harus berani bertindak secara terus menerus untuk memperbaiki mutu
dan taraf hidup dan martabat dirinya, keluarga dan lingkungannya. Seperti
halnya diungkap dalam metode Rural Rapid
Appraisal dan Participatory Rural Appraisal (RRA/PRA), yaitu :
1
Secara harfiah metode ini dapat diartikan sebagai pengkajian
pedesaan dan atau pesisir secara
partisipatif.
2
Menurut Robert Chambers dalam modul panduan
pengambilan data dengan metode RRA/PRA Direktorat Jendral dan Kelautan (2006:3)
3
PRA/RRA adalah : sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan
dan atau pesisir untuk turut serta
meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai hidup dan keadaan mereka
sendiri agar meraka dapat menyusun rencana dan tindakan pelaksanaannya.
Pembangunan melalui PNPM-MP
menekankan pada tridaya yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial pembangunan
ekonomi dilakukan oleh UPK (Unit Pengelola Keuangan) sebagai pengelola langsung
pinjaman bergulir (kredit) yang diangkat dan diberhentikan oleh BKM dan mereka
adalah warga masyarakat setempat sehingga lebih menguasai wilayah dan karakter
nasabahnya, dan diharapkan dapat meminimalkan kredit macet, atau dengan kata lain
kinerja keuangan UPK sehat,faktor untuk menilai kesehatan suatu UPK adalah dengan
melihat rasio NPL (Non Perfoming Loan), dihitung dari total kredit yang
masuk kategori tidak lancar, dibagi total kredit yang diberikan. Rasio maksimal
yang ditentukan oleh Bank Indonesia, (BI) 5%, sehingga bila suatu UPK memiliki
rasio di atas 5%, maka dianggap bahwa
terjadi kegagalan penerapan strategi pemberian kredit efisien dan efektif.
Kolektibilitas
Kredit atau Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Kredit ditetapkan dalam 4
(empat) golongan sesuai dengan Peraturan BI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
2006, yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan
dan Macet. Penilaian terhadap Aktiva Produktif dalam bentuk Kredit pada
prinsipnya didasarkan pada ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga dan/atau
kemampuan peminjam ditinjau dari kondisi usaha yang bersangkutan.
Dari
pemaparan tersebut penelitian ini mengambil judul Pengaruh Kondisi Internal, terhadap Strategi Pemberian Kredit Study Kasus Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Kabupaten Bekasi
2. TEORI
Pada tanggal 12 September 2006, Tim
Koordinasi Pengendali Kemiskinan (TKPK) menyatakan sepakat mengenai “Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Presiden RI kemudian
menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM-Mandiri. Menkokesra menerbitkan SK
Menkokesra No. 28/KEP/Menko/Kesra/XI/2006 yang diperbaharui dengan
Kepmenkokesra No. 23/KEP/Menko/Kesra/VII/2007 tentang Tim Pengendali PNPM
Mandiri. Pada tanggal 30 April 2007 PNPM-Mandiri diluncurkan Presiden di Kota
Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan terbitnya SK Menkokesra No 23 Tahun
2007 tersebut, maka bergantilah nama PNPM menjadi PNPM Mandiri. PNPM
Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar
dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan
pengembangan sistem, serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan
pendampingan, pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan
yang berkelanjutan.
2.1. Pengelolaan Ekonomi Bergulir
Dalam
keterangan tertulis Depkeu yang ditandatangani Kahumas Samsuar Said,
disebutkan, pengelolaan dana bergulir yang tertuang dalam Peraturan Menkeu
Nomor 99/PMK.05/2008 oleh Badan Layanan Umum Kementrian/Lembaga (BLU K/L)
berlaku terhitung 7 Juli 2008. Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja BLU untuk kegiatan perkuatan modal
usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan usaha lainnya yang
berada di bawah pembinaan K/L.
Dalam
Peraturan Menkeu tersebut diatur bahwa suatu dana dikategorikan sebagai Dana
Bergulir jika memenuhi karakteristik, yaitu;
a.
Merupakan bagian dari keuangan
Negara.
b.
Dicantumkan dalam APBN dan/atau
laporan keuangan Negara
c.
Dimiliki, dikuasai, dan atau
dikendalikan oleh Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
d.
Disalurkan/dipinjamkan kepada
masyarakatl kelompok masyarakat, ditagih kembali dengan atau tanpa nilai tambah
dan digulirkan kembali kepada masyarakat kelompok masyarakat (revolving fund),
e.
Ditujukan untuk perkuatan modal
koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya,
f.
Dapat ditarik kembali pada suatu
saat.
Pengelola
Dana Bergulir pada K/L dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan BLU (Satker BLU). Selanjutnya PA/KPA pimpinan Satker BLU
dapat menyalurkan Dana Bergulir kepada penerima Dana Bergulir dengan atau tanpa
lembaga perantara yang berupa lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan
non-bank. Penggunaan Dana Bergulir dilaksanakan secara tertib, transparan dan
akuntabel, dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan permodalan bagi
koperasi, UMKM dan usaha lainnya, Pengelolaan Dana Bergulir membutuhkan
strategi, kebijakan dan aturan yang dapat dijalankan oleh organisasi
pengelolaan dana bergulir.
Strategi
pengelolaan ekonomi bergulir merupakan upaya secara keseluruhan yang dilakukan
untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pengelolaan ekonomi bergulir dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan Amin (2008:3) mengatakan : manajemen strategi mencangkup aliran
keputusan (stream of decision), pengembangan strategi-strategi yang efektif,
cara-cara pembuatan strategi (strategist) membuat keputusan dan desain
keputusan serta program, pengelolaan ekonomi bergulir harus memiliki
strategi dalam hal membuat keputusan, kebijakan dan langkah-langkah antisifatif
dalam menghadapi nasabah yang rata-rata menganggap program ekonomi bergulir
dari dana pemerintah adalah hibah, selain itu pengelola perguliran dituntut memiliki pola pikir strategik.
Pola
pikir strategik mengajak pengelola ekonomi bergulir untuk tidak sekedar melihat
bahwa pelaksanaan perguliran hanya sebagai suatu program sesaat, serta
menganggap pelaksanaan program perguliran sumber dana pemerintah akan berujung
dengan kemacetan, seperti halnya program pendahulu, yang macet total dan sulit tergali, pola pikir
strategik mengajak pengelola untuk melihat berbagai keadaan dan kemungkinan
yang dapat terjadi dan mencarikan alternatif pemecahan dan menerapkannya dalam pelaksanaan
perguliran.
Efektivitas strategi pemberian kredit erat
kaitannya dengan tujuan kredit yaitu profitability dan safety. Profitability
menyangkut keuntungan dari bunga kredit, sedangkan safety menyangkut
kelancaran dari pengembalian kredit. Di samping itu apabila kita perhatikan
unsur-unsur yang menyebabkan kegagalan
kredit pada dasarnya merupakan kegagalan strategi yang digunakan. Kegagalan kredit juga
merupakan kegagalan penerapan strategi
pemberian kredit yang efektif dan efisien, ini akan tercermin dalam tingkat
kolektibilitas yang dicapai (Arens dan Loebbecke, 2000). Dengan tercapainya
tujuan dari strategi pemberian kredit, hal itu akan mendukung terciptanya
prinsip-prinsip keputusan pemberian kredit yang sehat yang meliputi berbagai
aspek mengenai peminjam, untuk memutuskan apakah layak diberikan kredit atau
tidak. Strategi yang berjalan baik dapat menunjang performa kredit bank
tersebut. Selanjutnya prinsip-prinsip keputusan kredit yang sesuai akan
mendukung tercapainya pelaksanaan dan penerapan prinsip 5C (Character,Cavacity,Capital, Condition of
economic and Collateral) yang meliputi karakter, kemampuan, modal, jaminan,
kondisi ekonomi demi terwujudnya pemberian kredit yang efektif dan efisien.
Strategi
pemberian kredit dapat dikatakan efektif dan efisien apabila kredi tersebut
dapat kembali sesuai waktu yang ditetapkan dengan sejumlah bunga yang telah
ditentukan. Prioritas pemberian kredit pun menentukan keefektifan dan
keefisienan pemberian kredit, jika kredit yang diberikan betul-betul tepat
sasaran dan tepat guna, maka efektivitas dan efisiensi strategi pemberian kredit
akan tercapai dengan kata lain NPL yang dicapai akan rendah, yaitu di bawah
standar maksimal, yaitu 5% (Kasmir, 2003).
(Hubes dan Najib 2008:21) menyatakan
bahwa manajemen strategik terdiri atas tiga (3) tahapan utama, yaitu perumusan
strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian strategi.
a. Perumusan
Strategik
Pada
saat perumusan strategi ekonomi bergulir pengelola dapat menggunakan proses
manajemen strategik yang terdiri atas enam (6) langkah, yaitu :
1)
Melakukan analisis lingkungan internal
Kekuatan merupakan kondisi internal positif yang memberikan
keuntungan relatif, sementara kelemahan adalah faktor-faktor internal negatif
yang dapat menghambat, atau menghalangi keberhasilan program ekonomi bergulir
2)
Melakukan analisis lingkungna eksternal
Setelah pengelola mengetahui faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan program ekonomi
bergulir selanjutnya beralih ke lingkungan eksternal. Tujuannya adalah untuk
mngeidentifikasi peluang dan ancaman yang dapat membuat dampak nyata terhadap
keberlangsungan ekonomi bergulir.
3)
Mengembangkan visi dan misi yang
jelas
Visi merupakan mimpi atau harapan, visi merupakan gambaran
mengenai arah organisasi, visi pengelolaan ekonomi bergulir secara garis besar
adalah menanggulangi kemiskinan, sehingga pengelolaan ekonomi bergulir
ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan wilayah dimana program di lakukan.
Misi merupakan maksud yang unik (unique purpose) yang memberikan tipe dan identifikasi ruang lingkup
dari operasi organisasi, misi menggambarkan jenis dan arah kegiatan, siapa yang
berhak mendapatkan pelayanan dan ruang lingkup penekanan operasional, dengan
merefleksikan nilai dan prioritas dari pengambilan keputusan strategik.
4)
Menyusun sasaran dan tujuan
perusahaan
Pengelolaan ekonomi
bergulir memiliki tujuan untuk menanggulangi kemiskinan dengan
menentapkan sasaran/penerima manfaat adalah masyarakat warga yang tercantum
dalam PJM Pronangkis (daftar orang miskin),
5)
Merumuskan pihan-pilihan strategik
dan memilih strategi yang tepat
Strategi adalah cara penyusunan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh organisasi untuk mencapai misi, sasaran dan tujuan organisasi, pengelola ekonomi
bergulir harus memiliki gambaran yang jelas tentang tindakan terbaik (implementasi
berupa strategi dan kebijakan) yang harus dilakukan dalam operasionalnya.
6)
Menentukan pengendalian
Perencanaan yang baik membutuhkan pengendalian dalam
pelaksanaannya, pengendalian meliputi proses evaluasi dan pemberian umpan balik terhadap manajerial
yang tengah berlangsung sehingga rencana dapat terrealisasi dengan baik.
b. Implementasi
Strategi
Implementasi strategi merupakan
tahapan krusial banyak organisasi memiliki kemampuan menyusun strategi yang
baik, namun kemampuan mengimplementasikannya rendah, implementasi membutuhkan
manajerial, implementasi berbeda dengan perumusan strategi. Dari merencanakan
kemudian bergeser melaksanakan rencana, pergeseran tersebut menimbulkan
beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
1)
Penetapan tujuan tahunan
Program Jangka Menengah Penanggulangi kemiskinan (PJM
Pronangkis) merupakan Rumusan rencana penanggulangan kemiskinan yang didalamnya
terdapat Rencana Tahunan (Renta), akan tetapi didalam PJM Pronanngkis tidak
mencantumkan rencana perguliran serta langkah antisipasi keadaan yang dapat
terjadi dalam pelaksanaan program, maka pengelola perlu membuat rumusan
strategi dan kebijakan berkaitan dengan kondisi lingkungan internal dan
eksternal wilayah perguliran.
Tujuan tahunan menerjemahkan aspirasi kedalam anggaran
tahunan. Apabila dikembangkan dengan baik tujuan ini memberikan kejelasan suatu
motivator dan fasilitator yang baik dari implementasi strategi yang efektif.
2)
Perumusan kebijakan
Kebijakan merupakan seperangkat keputusan manajerial berupa
aturan-aturan yang dibuat untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi,
kebijakan merupakan alat yang berpengaruh untuk implementasi strategi.
3)
Memotivasi pengelola
Implementasi strategi adalah proses aksi yang membutuhkan
dukungan dari semua anggota BKM, Aparat Pemerintah, masyarakat dan pengelola
itu sendiri/UPK. Proses motivasi diperlukan agar pengelola mendukung secara
penuh strategi yang akan dan sedang dijalankan.
4)
Alokasi sumber daya
Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali untuk pencapaian
tujuan-tujuan strategi yang baru adalah keuangan, teknologi dan sumber daya
manusia (SDM). Perubahan strategi sangat mungkin membutuhkan perubahan alokasi
sumber daya karena adanya perubahan prioritas-prioritas dalam aktivitas yang
akan dilakukan.
Alokasi sumber daya membutuhkan
alokasi modal, sementara program ekonomi bergulir sangat terbatas modal dengan
tingkat persentase jasa yang minim, untuk mengakses ke perbangkan memiliki
kendala salah satunya tidak memiliki badan hukum, sehingga pemerintah perlu melakukan
strategi baru agar pengelolaan ekonomi bergulir tidak mengalami kemacetan.
Seperti halnya jika salah satu
wilayah dalam kurun waktu tertentu memiliki kinerja pengembalian dan
ketercapaian program dengan baik maka pemerintah perlu memberikan tambahan
modal yang cukup untuk membiayai operasional perguliran sehingga pengelola
merasakan bahwa usahanya ada balas jasa yang imbang dibandingkan dengan tidak
adanya tambahan modal sehingga pengelolaan perguliran/kredit menuju kearah
profesional.
c. Evaluasi
Strategi
Evaluasi strategi adalah proses yang
ditujukan untuk memastikan apakah tindakan-tindakan strategi yang dilakukan
organisasi sudah sesuai dengan perumusan strategi yang telah dibuat atau
ditetapkan, evaluasi stratgeik dalam pengelolaan ekonomi bergulir di PNPM-MP
menjadi tugas Dewan Pengawas dan BKM, beberapa yang harus dilakukan dewan
pengawas :
1)
Meninjau kembali permasalahan
eksternal dan internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi
perubahan-perubahan pada saat strategi dirumuskan sepertihalnya melalui siklus
PDCA ke SDCA.
2)
Adanya pengukuran kemampuan atau
kinerja perusahaan, dengan memastikan kembali apakah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
3)
Melakukan perbaikan-perbaikan untuk
perkembangan program perguliran.
4)
Membantu untuk mengembangkan model
di masa mendatang.
d. Pengaturan dan
Pengelolaan
Beberapa
pengaturan dan pengelolaan pinjaman bergulir yang perlu mendapat perhatian
adalah :
1)
Dana
BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik masyarakat
Kelurahan/Desa sasaran dan bukan milik perorangan.
2)
Tujuan
dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu program
penanggulangan kemiskinan, maka harus menjangkau warga masyarakat miskin
sebagai kelompok sasaran utama PNPM-MP.
3)
Pengelolaan
pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan
peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin,
serta kegiatan-kegiatan produktif lainnya.
4)
Pengelolaan
pinjaman bergulir dipisahkan antara BKM sebagai representasi dari warga
masyarakat yang adalah pemilik modal dan mempunyai wewenang dalam tataran
pengawasan dan penentu kebijakan dasar/umum, serta UPK sebagai pengelola
kegiatan pinjaman bergulir yang dalam batas-batas tertentu diberikan kewenangan
operasional namun tetap bertanggungjawab langsung kepada BKM.
5)
Prosedur,
serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman
bergulir yang standar dan ditangani oleh pengelola pinjaman bergulir;
6)
Manajer
pinjaman bergulir harus orang yang mempunyai kemampuan dan telah memperoleh
sertifikat dari pelatihan dasar yang
diadakan oleh PNPM-MP.
7)
Pengelola
pinjaman bergulir mempunyai sistem pembukuan yang standar serta sistem pelaporan
keuangan yang memadai.
8)
Pengelola
pinjaman bergulir mendapat pengawasan, baik oleh BKM, maupun konsultan
pelaksana Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), yaitu tenaga ahli dan/atau
fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek.
9)
Perkembangan
modal pinjaman bergulir harus dilaporkan kepada masyarakat dengan dan melalui
pertemuan pertemuan yang ada dimasyarakta.
10) BKM dan konsultan
memiliki metode pendampingan/konsultasi sehingga nasabah memiliki tempat
konsultasi bisnis seperti halnya klinik bisnis atau incubator bisnis bagi
nasabah yang menjadi nasabah upk, sehingga nasabah selalu terkontrol dalam
kegiatan usahanya
e. Pelayanan dan Pengelolaan pinjaman.
Dalam hal memberikan pelayanan pinjaman dan
pengelolaan pinjaman, BKM/UPK harus memperhatikan hal-hal berikut :
1)
Pelayanan
pinjaman hanya untuk calon peminjam yang sesuai kriteria kelompok sasaran PNPM-MP.
2)
Calon
kelompok peminjam harus diberi pelatihan (coaching)
dan pendampingan,
3)
Kelompok
peminjam setuju untuk menerapkan sistem tanggung renteng secara tertulis yang
ditandatangani oleh semua anggota.
4)
Pelayanan
pinjaman diberikan secara bertahap, berdasar terhadap catatan prestasi, dimulai
dari jumlah yang kecil pada awalnya, meningkat pada tahap berikutnya sesuai
kinerjanya.
5)
Peminjam
dengan catatan prestasi bagus dapat mendapatkan pelayanan pinjaman berikutnya.
6)
Jumlah
pinjaman harus sesuai kebutuhan akan modal dan sesuai dengan tingkat kemampuan
pengembalian (mempertimbangkan aspek cash flow peminjam).
7) Tidak ada pinjaman
untuk tujuan lain, terkecuali kegiatan
bersifat produktif untuk menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja,
8) Jasa pinjaman sedapat
mungkin “berorientasi” pada tingkat suku bunga pasar, dalam arti dapat menutup
biaya operasional, biaya resiko pinjaman macet,
memelihara nilai modal awal, dan tingkat keuntungan tertentu
9) Dikembangkan suatu sistem dana
tanggung renteng yang merupakan bagian dari komponen suku bunga.
10) BKM/UPK tidak diperkenankan mengelola tabungan dari KSM dan/atau anggotanya,
kecuali pengelolaan telah menjadi profesional dengan tingkat cadangan yang
memadai.
f. Tanggung renteng
Sistem tanggung renteng adalah tanggungjawab
bersama setiap anggota KSM untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali
pinjaman, bilamana ada salah satu, atau beberapa anggota kelompok menunggak
atau macet. Sistem tanggung renteng adalah perwujudan paling tinggi dari
kepercayaan dan rasa setia kawan antar anggota dalam kelompok. Sistem tanggung
renteng yang efektif dapat dikembangkan menjadi instrumen pengganti agunan
fisik dalam pelayanan pinjaman kepada pengusaha mikro dengan pendekatan
kelompok.
g. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Kondisi Internal UPK/BKM,
berpengaruh terhadap strategi ekonomi bergulir/kredit dengan Hipotesis alternatif Semakin baik Kondisi Internal UPK/BKM, maka
berpengaruh terhadap efektif dan efisien
Strategi ekonomi bergulir/Kredit.
3. METODELOGI
Penelitian ini dilakukan di desa-desa yang
mendapatkan PNPM-MP di Kabupaten Bekasi, desa yang mendapatkan PNPM-MP sebanyak
60 desa di tujuh (7) Kecamatan penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian
kuantitatif yang berlandaskan pada realitas/gejala/fenomena, dapat diklasifikasikan, relatife tetap,
kongkrit, teramati terukur dan hubungan
gejala bersifat sebab akibat. perolehan data penelitian ini menggunakan
instrument yang berbentuk kuesioner, wawancara, data nontest, agar instrument
dapat dipercaya harus diuji validitas dan reliabilitasnya yang selanjutnya
dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Data yang telah
terkumpul selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis
yang diajukan, dengan menggunakan satistik yang diolah melalui program Statistical
Program for Social Science (SPSS).
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai mutu dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiono, 2009;115-116).
Pengambilan sampel
menggunakan teknik probability sampling.
Dari 60 desa penerima PNPM-MP di Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat diambil
39 desa, dengan pertimbangan desa tersebut mengakses dana perguliran alokasi
anggaran BLM 2007-2009 dan sisanya tidak
mengalokasikan dana BLM bukan untuk perguliran, melainkan untuk kegiatan
lingkungan dan sosial, dimana 39 desa dengan tingkat penerima manfaat sebanyak 7.205
orang yang mengakses perguliran tersebut.
Dari
setiap desa/kelurahan yang melakukan perguliran diolah oleh tiga (3) orang
pengelola, dari 39 desa/kelurahan terdapat 117 orang pengelola, dari jumlah 117
orang, penelitian ini mengambil responden adalah pengelola yang tersebar di 39 desa/kelurahan.
Penentuan
jumlah sampel dianggap representatif, dengan menggunakan table Isaac
dan Michael pada tingkat kesalahan 5%
rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui berikut
:
λ2.N.P.Q
S= ________________
d2(N-1)+ λ2..P.Q
Di mana :
ƛ2 dengan
dk = 1, tarap kesalahan bisa 1%,5%,10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = Jumlah sampel
dengan tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 89 sampel yang tersebar di 37 desa/kelurahan Kabupaten Bekasi.
Instrument penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati, jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti,
Tabel 3.2
Variabel dan
nomor butir pertanyaan
No.
|
Nama Variabel
|
Dimensi
|
Indikator
|
No Butir
|
1
|
Kondisi Internal UPK/BKM
|
1.
Manajemen
|
1.
Planing,
Organizing, Actuating, Controling.
2.
Pengendalian kredit.
|
1
2
|
2.
Aturan
|
1.
Persyaratan kredit.
2.
Proses persetujuan kredit.
3.
Proses penagihan.
|
3
4
5
|
||
3.
SDM
|
1.
Pelatihan.
2.
Kapasitas SDM.
3.
Bimbingan teknis dari konsultan.
|
6
7
8
|
||
4
|
Strategi perguliran
|
1.
Kebijakan
|
1.
Suku bungan
2.
Jangka waktu
|
9
10
|
2.
Marketing
|
1.
Strategi marketing
2.
Kerjasama dengan pihak lain
|
11
12
|
||
3. Sasaran dan tujuan
|
1.
Kelompok sasara
2.
Tujuan program
|
13
14
|
||
4. erumusan Strategi
|
1.
Merumuskan Pilihan-pilihan strategik dan memilih
strategi yang tepat
2.
Menentukan pilihan-pilihan strategi
|
15
16
|
3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Uji
validitas menunjukkan suatu alat ukur itu dapat mengukur variabel yang akan
diukur.. Besarnya r tiap butir pernyataan daeri hasil perhitungan Statistical Program for Social Science
(SPSS) pada kolom Corrected Items Total Correlation. Kriteria uji
validitas secara singkat (rule of tumb ) adalah 0.3, korelasi sudah
lebih besar dari 0.3, maka
pertanyaan yang
dibuat dikategorikan sahih (Setiaji, 2004: 59).
Dari
hasil uji validitas terhadap 100 responden bahwa instrument pertanyaan dianggap valid
seperti diterangkan dalam table berikut :
Tabel 3.3
Uji Validitas
Variabel Kondisi Internal UPK BKM
Item
|
rhitung
|
rtabel
(taraf kepercayaan 95%)
|
Keterangan
|
INT 1
|
0.551
|
0.364
|
Valid
|
INT 2
|
0.442
|
0.364
|
Valid
|
INT 3
|
0.540
|
0.364
|
Valid
|
INT 4
|
0.470
|
0.364
|
Valid
|
INT 5
|
0.488
|
0.364
|
Valid
|
INT 6
|
0.409
|
0.364
|
Valid
|
INT 7
|
0.338
|
0.364
|
Tidak Valid
|
INT 8
|
0.235
|
0.364
|
Tidak Valid
|
Dari hasil
perhitungan dan perbandingan dengan rtabel diperoleh hasil
pertanyaan tidak valid pada pertanyaan kondisi internal poin 7 dan poin 8
sehingga harus dihilangkan dari butir pertanyaan.
Tabel 3.6
Uji Validitas
Variabel Strategi UPK BKM
Item
|
rhitung
|
rtabel
(taraf kepercayaan 95%)
|
Keterangan
|
STR 1
|
0.470
|
0.364
|
Valid
|
STR 2
|
0.576
|
0.364
|
Valid
|
STR 3
|
0.536
|
0.364
|
Valid
|
STR 4
|
0.512
|
0.364
|
Valid
|
STR 5
|
0.576
|
0.364
|
Valid
|
STR 6
|
0.588
|
0.364
|
Valid
|
STR 7
|
0.631
|
0.364
|
Valid
|
STR 8
|
0.655
|
0.364
|
Valid
|
Dari hasil perhitungan dan perbandingan
dengan rtabel diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan Strategi
semuanya valid yaitu diatas dari rtabel.
b. Uji Reliabilitas
Setelah semua item pertanyaan sudah sahih, maka
tahap berikutnya melakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah ukuran yang
menunjukkan kestabilan dalam mengukur. Menurut Santosa dan Ashari (2005), uji
reliabilitas dapat dilakukan dengan cara One
Shot. Pada teknik ini pengukuran dilakukan pada satu waktu, kemudian
dilakukan perbandingan dengan pertanyaan lain atau dengan pengukuran korelasi
antar jawaban. Pada program SPSS, metode ini dilakukan dengan metode Alpha Cronbach, dimana suatu kuesioner
dikatakan reliable, jika Alpha Cronbach lebih besar dari 0,600.
Adapun hasil dari uji SPSS berkaitan dengan
uji reliabilitas adalah tergambar di dalam table berikut :
Tabel 3.6
Uji Reliabelitas
Item
|
Cronbach’s
Alpha
|
Nila
Alpha Cronbach
|
N of
items
|
Keterangan
|
Kondisi Internal
UPK/BKM
|
0.706
|
0.600
|
6
|
Reliabel
|
Strategi Pergu Liran
|
0.744
|
0.600
|
8
|
Reliabel
|
Dari
hasil uji reliabilitas memiliki nilai rata-rata diatas 0.600 sehingga data
dapat dikatakan realibel
3.4.3.
Uji Persyaratan Analisis
a. Uji
Normalitas Data
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang
kenormalan distribusi data. dengan menggunakan bentuk grafik distribusi. Uji
normalitas data ini dilakukan dengan analisis grafik melalui program SPSS versi
17. dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal dan plotting
data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
(Santosa dan Ashari, 2005)
b.
Pengolahan
data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Analisa Regresi dipergunakan untuk meramalkan
nilai variabel terikat apabila variabel bebas minimal dua atau lebih Analisa
Regresi Ganda dengan menggunakan persamaan :
Y = a + b1x1
Keterangan
:
x1 :
Kondisi Internal UPK/BKM
a : Konstanta
4. HASIL
PENELITIAN DAN ANALISA
4.2. Deskrifsi Data
Obyek penelitian ini mencakup 38 Desa/Kelurahanahan
tujuh (7) Kecamatan Kabupaten Bekasi, namun tidak dilakukan terhadap seluruh populasi
tetapi berdasarkan sampel. Dalam hal ini sampel yang diambil secara purposive
sebagai responden penelitian merupakan Pelaksana PNPM-MP yang tergabung dalam
organisasi BKM di Desa/Kelurahan yang ada program perguliran Penelitian ini
dilakukan dengan metode angket dimana metode ini dilakukan dengan jalan
memberikan pertanyaan (kuesioner) kepada 100 UPK BKM.
Analisis deskriptif menggunakan nilai
indeksdeks untuk memperoleh gambaran
mengenai persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Untuk
menghitung nilai indeks, digunakan rumus : NI
= ((%F1x1)+(%F2x2)+(%F3x3)+(%F4x4)+(%F5x5)) / 5
Dimana :
F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1
F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2
F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3
F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4
F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5
Dengan menggunakan kriteria three box
method maka sebagai dasar interpretasi nilai indeks adalah sebagai berikut:
10.00 – 40.00 = rendah
40.01 – 70.00 = sedang
70.01 – 100.00 = tinggi
Dengan menggunakan pedoman tersebut, angka
indeks variabel Kondisi Internal UPK,
Kondisi Calon Debitur, Kondisi Lingkungan, Strategi Pemberian Kredit dapat
dihitung :
a. Variabel Kondisi Internal UPK
Untuk mengukur variabel kondisi internal UPK
digunakan enam indikator yang dikembangkan dari kebijakan program, Fungsi
Manajemen (POAC), Pengendalian Kredit, Persyaratan Kredit, Proses persetujuan
Kredit, Proses penagihan, Pelatihan, Kapasitas SDM, Proses Bimbingan teknis
dari konsultan.
Tabel 4.3
Nilai
Indeks Variabel Kondisi Internal UPK BKM
Indikator
|
Frekuensi Jawaban
Responden Tentang Kondisi Internal UPK
|
Indeks
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Planing organizing actuacting controlling
|
0
|
27
|
32
|
31
|
10
|
64.8
|
Pengendalian kredit
|
5
|
21
|
10
|
54
|
10
|
68.6
|
Persyaratan kredit
|
14
|
4
|
13
|
48
|
21
|
73.6
|
Proses persetujuan
kredit
|
5
|
17
|
10
|
41
|
27
|
73.6
|
Proses penagihan
|
12
|
20
|
11
|
38
|
19
|
66.4
|
Pelatihan
|
21
|
7
|
13
|
41
|
18
|
68.4
|
Rata-rata
|
69.23
|
Hasil perhitungan nilai indeks variabel
kondisi Internal UPK menunjukkan bahwa item-item indeks dipersepsikan sedang
oleh responden dengan nilai 69.23. Dari
tujuh (7) indikator yang
digunakan, indikator mengenai Fungsi manajemen memiliki nilai indeks 64.8 paling rendah oleh responden, sementara Persyaratan
kredit dan Proses persetujuan kredit dipersepsikan paling tinggi oleh responden
dengan nilai indeks yang sama yaitu 73.60.
Selain melakukan analisis deskriptif secara
kuantitatif, untuk mengetahui tanggapan/persepsi responden secara terinci,
dilakukan juga analisis terhadap jawaban-jawaban responden atas pertanyaan
terbuka. Analisis ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban
responden yang sama ke dalam satu kategori. Adapun hasil analisisnya disajikan
dalam Tabel 4.2. berikut ini :
Tabel 4.4.
Analisis Jawaban Responden Atas Pertanyaan Terbuka
Tentang Kondisi Internal UPK
Variabel Nilai Indeks Temuan Jawaban
Variabel
|
Nilai indeks
|
Temuan Jawaban
|
|
Kondisi Internal UPK
|
69.23
(Sedang)
|
1.
BKM dalam menghasilkan sebuah keputusan di bidang
kredit terkadang masih mengedepankan kepentingan pribadi dan atau kelompok
tertentu
2.
Pengendalian kredit terpusat di UPK sehingga UPK seakan
berjalan sendiri tanpa adanya bantuan dan pengawasan dari BKM dan tidak semua
UPK memiliki tenaga kerja yang kompeten dalam proses pengendalian internal
terutama di bidang kredit khususya dalam menangani kredit-kredit yang
bermasalah
3. UPK dalam
memutuskan pinjaman sering mengedepankan perasaan sehingga kelengkapan sering
terabaikan
4. KSM mengeluhkan terlalu
banyak pertemuan yang harus dilakukan untuk mendapatkan pinjaman sehingga
menyita waktu.
5. Petugas kredit
UPK/BKM masih belum bisa dikategorikan maksimal kinerjanya mengingat dari
hasil maintenance setelah kredit cair
belum berhasil 100%, dibuktikan dengan banyaknya jumlah kredit yang
menunggak.
6.
Kemacetan program perguliran dalam PNPM terus meningkat
namun proses penagihan semakin lama semakin menurun dikarnakan tidak
tersedianya alokasi dana yang cukup untuk membiayai proses penagihan dan rasa
kepemilikan terhadap modal perguliran oleh UPK BKM tidak masih belum maksimal
sehingga ketika terjadi kemacetan usaha yang dilakukan tidak maksimal.
|
|
a.
Variabel Kondisi
Strategi Perguliran
Untuk mengukur variabel strategi perguliran
digunakan Tingkat suku bunga, Jangka
Waktu, Cara Pemasaran Kredit, Kerjasama dengan pihak lain, kelompok sasaran,
tujuan program, perumusan pilihan-pilihan strategik, menentukan pilihan-pilihan
strategik.
Tabel
4.9
Nilai Indeks Variabel Strategi
Perguliran
Indikator
|
Frekuensi Jawaban Respondeng Tentang Strategi Perguliran
|
Indeks
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Suku
bunga
|
2
|
18
|
17
|
49
|
14
|
71.60
|
Jangka
waktu
|
0
|
7
|
20
|
60
|
13
|
75.80
|
Strategi
marketing
|
0
|
9
|
9
|
71
|
11
|
76.80
|
Kerjasama
dengan pihak lain
|
4
|
10
|
15
|
56
|
15
|
73.60
|
Kelompok
sasaran
|
3
|
17
|
27
|
42
|
11
|
68.20
|
Tujuan
program
|
2
|
14
|
12
|
58
|
14
|
74.60
|
Perumusan
strategi
|
1
|
9
|
15
|
56
|
19
|
76.6
|
Pilihan
strategi
|
5
|
12
|
27
|
38
|
18
|
70.40
|
Rata-rata
|
73.25
|
Hasil perhitungan nilai indeks variabel
Strategi Perguliran menunjukkan bahwa item-item Indeks dipersepsikan kuat oleh
responden dengan nilai 73.25. Dari kedelapan (8) indikator yang digunakan, indikator mengenai
Indikator kelompok sasaran memiliki nilai indeks 68.20 paling rendah oleh responden, sementara
strategi marketing dipersepsikan paling
tinggi oleh responden dengan nilai indeks 76.80. Selain melakukan analisis
deskriptif secara kuantitatif, untuk mengetahui tanggapan/persepsi responden
secara terinci, dilakukan juga analisis terhadap jawaban - jawaban responden
atas pertanyaan terbuka. Analisis ini dilakukan dengan cara mengelompokkan
jawaban - jawaban responden yang sama ke dalam satu kategori. Adapun hasil
analisisnya disajikan dalam Tabel 4.2. berikut ini :
Tabel
4.10
Analisis
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Terbuka
Tentang
Kondisi Strategi Perguliran
Variabel
Nilai Indeks Temuan Jawaban
Variabel
|
Nilai
indeks
73.25
(Tinggi)
|
Temuan
Jawaban
|
Kondisi Calon Debitur
|
1.
Suku bunga kredit UPK disesuaikan dengan kebutuhan
operasional UPK dan dilatarbelakangi oleh jiwa kerelawanan, tingkat suku
bunga dibatasi maksimal 3% rata rata di lapangan sebesar 1,5% sehingga jauh
lebih ringan dari bank keliling sehingga tidak ada keluhan dari debitur
2.
Jangka waktu pinjaman kredit di UPK dibatasi oleh
program maksimal 12 bulan, dari jangka waktu tersebut bisa disesuaikan dengan
keadaan pendapatan debitur sehingga debitur ada keleluasaan dan kemudahan
untuk melakukan pengembalian kredit
3.
Penerapan aturan kelompok bagi setiap yang akan
mengakses pijaman tidak selamanya berjalan maksimal dalam prakteknya sering
dijumpai penyalahan wewenang dalam kelompok sehingga sering dikeluhkan oleh
debitur.
4.
Tupoksi aturan kredit tidak secara optimal dijalankan
oleh UPK sering didapatkan pelanggaran-pelanggaran pemberian kredit.
5.
UPK sebagai unit kegiatan dari BKM tidak memiliki badan
hukum serta kesulitan dalam hal persyaratan hal ini yang menyebabkan
kesulitan bila bekerja sama secara
langsung dengan pihak luar, sementara dari pihak pemerintahan sendiri tidak
maksimal dan proaktif dalam menjalankan program penanggulangan kemisinan,
sehingga terkesan UPK berjalan sendiri.
6.
Sumber dana dari pemerintah dikenal juga dengan istilah
dana amanah harus memenuhi Kriteria transparan dan akuntabel maka dalam
prakteknya UPK diharuskan melaporkan posisi keuanganya kepada masyarakat
melalui media papan informasi yang tersebar di wilayah upk ataupun diumumkan
di tempat ramai namun dalam pelaksanaanya terkadang tidak optimal
7.
Pelatihan berkaitan dengan strategi perguliran dirasa
kurang optimal untuk menjawab kebutuhan lingkungan perguliran selain itu pula
pelatihan kadang hanya terpusat pada
pembukuan atau dengan katalain proses pencatatan transaksi.
8.
Terlalu luasnya wilayah dampingan konsultan
mengakibatkan pola pendampingan terpusat pada lembaga/UPKnya sehingga tidak
menyentuh terhadap KSM sebagai penerima manfaat langsung perguliran.
|
4.3. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini dilakukan dengan
analisis grafik melalui program SPSS versi 17. dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal
dan plotting data akan dibandingkan
dengan garis diagonal, seperti tergambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 4.2
Normal P-P Plot of Regression
Standarized Residual
Jika distribusi data normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Santosa dan
Ashari, 2005) dengan melihat diagram jalur plot data diatas maka dapat
diasumsikan bahwa distribusi data ploat adalah normal selain itu juga dilakukan
uji analisisi normalitas data dengan cara perhitungan SPSS menggunakan metode
kolmograv semirnov didapat nilai Aasyim Sig (2-Taild) untuk masing masing
variabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11
One-Sample
Kolmogorof-Smirnov Test
Strategi
Perguliran
|
Kondisi
internal
|
||
N
|
100
|
100
|
|
Normal
Parametersa,,b
|
Mean
|
3.4643
|
3.0149
|
Std.
Deviation
|
.48636
|
.50406
|
|
Most
Extreme Differences
|
Absolute
|
.060
|
.069
|
Positive
|
.060
|
.042
|
|
Negative
|
-.045
|
-.069
|
|
Kolmogorov-Smirnov
Z
|
.597
|
.688
|
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
.868
|
.731
|
Dapat dilihat dalam table bahwa nilai
masing-masing variabel Asymp. Sig
(2-tailed) adalah lebih besar α = 0.05 sehingga semua variabel dikatakan normal
a.
Pengujian Hipotesis
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang
ada dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan
terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006).
Uji Anova atau F test digunakan untuk melihat sebaran varian yang
disebabkan oleh regresi dan varians yang disebabkan oleh residual (Ferdinand,
2006). Apabila F hitung > F tabel dan
nilai probabilitas lebih kecil daripada tingkat signifikansi maka hipotesis nol
ditolak (Malhorta, 2006).
H1 : Ada pengaruh
yang signifikan antara kondisi internal UPK BKM, terhadap strategi ekonomi
bergulir/kredit.
Hasil penelitian pengaruh kondisi internal UPK BKM, terhadap strategi
perguliran dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.15
ANOVA
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
5.930
|
3
|
1.977
|
10.851
|
.000a
|
Residual
|
17.488
|
96
|
.182
|
|||
Total
|
23.418
|
99
|
Nilai F
hitung yang diperoleh adalah 10.851 dengan tingkat signifikansi 0.000. dengan
probabilitas 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka model regresi
tersebut bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent
Tabel 4.16
Coefisien
persamaan regresi
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
T
|
Sig.
|
||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
1.101
|
.420
|
2.620
|
.010
|
|
Kondisi
Internal
|
.148
|
.092
|
.154
|
1.604
|
.112
|
Dari hasil perhitungan SPSS maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut
Ŷ=1.101 + 0.148x
Dari hasil tabel persamaan regresi di atas
diperoleh nilai constanta 1.101 sehingga dapat disimpulakan jika tidak ada
perubahan x1 maka y mengalami perubahan sebesar1.101
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh Kondisi Internal UPK BKM –
Strategi ekonomi bergulir/Kredit
Hasil pengujian hipotesis terhadap variabel
kondisi internal UPK BKM dan strategi ekonomi
bergulir/kredit menunjukkan bahwa kondisi internal UPK BKM terbukti nyata tidak
berpengaruh terhadap strategi pemberian kredit.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.
Kesimpulan
1.
Nilai konstatnta sebesar 1.101 artinya jika Kondisi
Internal UPK BKM (X1), Kondisi calon debitur UPK BKM (X2)
dan Kondisi lingkungan UPK BKM (X3) bernilai nol, maka nilai
strategi (y) akan sebesar 1.101.
2.
Koefisien regresi variabel kondisi Internal UPK BKM
(X1) menunjukan nilai 0.148. Hal ini menunjukan bahwa variabel
Kondisi Internal UPK BKM berpengaruh positif terhadap strategi
perguliran/kredit (y), artinya semakin baik Kondisi Internal UPK BKM (X1)
akan menyebabkan semakin baik strategi perguliran/kredit (y)
1.2. Saran
Kebijakan strategi pemberian kredit yang
efektif dan efisien adalah :
1.
Melakukan analisis secara mendalam mengenai kondisi
internal UPK BKM.
2.
Teridentifikasi/inventarisasi
jenis bisnis yang prospektif dan layak untuk dibiayayi pada tingkat/skala usaha
UPK
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Chandra, (2009), “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit dan Dampaknya terhadap NP”
Tesis. Universitas diponegoro semarang.
Ghozali, I,2006, : Aplikasi
Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan ke
IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Handoko
T Hani. 2003. Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Hubeis
Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis.Ghalia
Indonesia. Bogor.
Hubies
Musa dan Najib Muhamad. 2008. Manajemen Strategik Dalam Pengembangan Daya
Saing Organisassi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan,2008, Pedoman Teknis Keorganisasian.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya. Jakarta.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan, 2008, Pedoman Teknis Pengawasan.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya. Jakarta.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan,2008 : Pedoman Teknis perguliran. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Cipta Karya. Jakarta.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan. 2008. : Pedoman Teknis pengelolaan kas. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Cipta Karya. Jakarta.
Purbayu
Budi santoso dan Ashari. 2005. Analisis statistic dengan Microsoft excel
dan SPSS. Andi. Yogyakarta.
Riduwan dan Sunarto.2009. Pengantar statistika untuk
penelitian :pendidikan , sosila, komunikasi, ekonomi dan bisnis. Alfabeta.
Bandung.
Sekaran, U.2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Penerbit
Salemba
Empat.
Jakarta
Setiaji,Bambang. 2004. “Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif”, Program
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/126/01/Djumino.pdf
Siswanto.
2008 . Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian. Alfabeta,Bandung
Supranto. J. 2000. Statistika
Teori dan Aplikasi. Edisi 6. Penerbit Erlangga. Jakarta.
T.W.
Amin. 2008. Manajemen Strategik. Harvarindo. Jakarta.